ARTIKEL
SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI
METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH
DASAR NEGERI NO ………………….
Oleh
…………
NIM. C860920213
Banyak kalangan pelajar
menganggap bahwa belajar adalah aktivitas belajar yang tidak menyenangkan,
duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok
bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja
belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan pelajar sebagai beban dari pada
upaya aktif untuk memperdalam ilmu. Banyak diantara siswa yang menganggap,
mengikuti pelajaran tidak lebih sekedar rutinitas untuk mengisi daftar absensi,
mencari nilai, melawati jalan yang harus
ditempuh tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan ataupun mengansah
keterampilan.
Menurut Gaiarah belajar
siswa selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis, juga berakar pada
paradigma konvensional yang selalu menggunakan metode pengarahan klasikal dan
ceramah. Metode ceramah sebagai cara yang “ampuh” dalam menyampaikan Informasi
kepada para siswa sangat umum dan sangat sering dipakai guru tanpa melihat
kemungkinan penerapan metode lain sesuai dengan jenis materi dan bahan serta
alat yang tersedia.
Peristiwa yang menonjol
ialah siswa kurang berpartisipasi, kurang terlibat dan tidak punya inisiatif,
baik secara intelektual maupun emosional. Dalam proses belajar mengajar (PBM), kebanyakan siswa
masih melaksanakan aktivitas 3DCH yaitu duduk, diam , dengar, catat dan hapal
(Mohd. Ansyar dkk, 1992: 20). Sehingga apabila mereka diminta untuk mengunakan
pengetahuan yang mereka peroleh dari kegiatan belajar tersebut. Mereka akan
mengalami kesuliatan termasuk siswa yang memperoleh nilai tinggi. Hal ini dikarenakan
siswa berperan sebagai penerima
pengetahuan saja dan guru sebagai pemberi, siswa tidak dibiasakan untuk belajar
secara aktif. Akibatnya, para siswa memiliki banyak penggetahuan tetapi tidak
dilatih untuk menemukan, pengetahuan konsep dan mengembangkan penegtahuan
tersebut.
Akitivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga
muridlah yang seharusnya banyak aktif, sebab murid sebagai subyek didik adalah
yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Guru sekarang secara
sadar atau tidak, menerapakan sifat otoritas, menghindarkan pertanyaan dari
siswa, menyampaikan ilmu pengetahuan secara searah, menganggap murid sebagai
penerima, pencatat, dan pengigat. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki
pemahaman yang memadai tentang peserta didik yang menjadi saran tugasnya.
Pemahaman ini mencakup kesiapan, ketidakmampuan, dan latar belakang peserta
didik yang semua itu akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan
baik.
Dengan meningkatkan keaktifan pada siswa dalam KBM, maka apa yang
diharapkan oleh guru maupun sekolah akan mudah tercapai. Siswa bukan lagi “
botol kosong” yang siap diisi oleh guru, juga bukan sebagai “celengan” yang
siap diisi oleh guru.tanpa melibatkan siswa secara utuh dalam kegiatan belajar
mengajar, maka guru secara tidak langsung membuat kesenjangan dengan siswa,
guru menguasai siswa dan guru menganggap bodoh muridnya karena menganggap
mereka tidak memiliki pengetahuan apapun. Disini guru mengembangkan sistem
omong yang menempatkan siswa sebagai subjek dengan menberikan kebebasan untuk
memberikan, guru bersifat” Tut Wuri Handayani”( depdikbud, 1999:146, majalah
COPE, 2000:3). Jika kondisi demikian yang diciptakan maka aktivitas belajar
siswa sebagaimana diharapakan diyakini akan terwujud dan memberi kontribusi
positif pada hasil belajar siswa.
Menurut kurikulum pelaksanaan KBM, guru hendaknya menerapkan perinsif
belajar aktif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental
(pemikiran dan perasaan), dan sosial serta sesuai dengan tingkat perkembangnya.
Sesuai dengan pemikiran dan kenyataan diatas, kurangnya kualitas pembelajaran
IPA, maka perlu adanya pemecahan masalah tersebut dalam KBM dengan melalui
metode demonstrasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata
bertindak sebagai seorang ilmuwan dan juga memberikan kepada siswa pengertian
yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rongsokan
ilmu pengetahuan dan dapat lebih mengerti fakta dan kosep ilmu penegetahuan.
Dengan demikian, ketrampilan-ketrampilan itu menjadi roda pengerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai
pada siswa. Sehingga tujuan pembelajaran dapat bermakna dan dapat tercapai
secara optimal sesuai dengan kurikulum.
Dari hasil observasi yang dilakukan di SDN, NO ………. menurut pendapat guru kelas V bahwa dalam menerapkan
metode pembelajaran guru merasa kesulitan, selain itu penyediaan media kurang
memadai. Metode yang mereka gunakan selama ini dalam menjelaskan materi IPA
hanya metode ceramah. Cara penyampaian materi dengan metode yang ini menyebabkan siswa tidak termotivasi dan
merasa bosan, sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Dan data yang
diperoleh nilai rata-rata mata pelajaran IPA tahun 2011- 2012 SDN NO …pada kelas V yaitu 63,7, ini menunjukan bahwa
prestasi belajar siswa kelas V
SDN NO …masih dibawah rata-rata, sementara kriteria ketuntasan
minimal (KKM) kelas V adalah 65.00.
Menurut keterangan siswa saat ditanya apakah senang IPA
atau Matematika, sebagian besar siswa menjawab lebih senang Matematika dari
pada IPA. Menurut mereka IPA sangat luas dan susah apalagi cara penyampaian
guru yang tidak manyenangkan hal ini menimbulkan kebosanan siswa dalam menerima
materi yang diajarkan.
Dari
beberapa penjelasan di atas tentang keberadaan pembelajaran IPA maka peneliti mencoba menerapkan sebuah
metode yang dikenal dengan nama metode demonstrasi.
Pada pembelajaran IPA pada dasarnya harus banyak pratik atau banyak
ketrampilannya, yaitu mengadakan percobaan-percobaan baik biologi maupun
fisika. Sehingga dalam hal ini guru kemudian menerapkan metode yang lain yaitu
metode ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi. Karena pada pembelajaran IPA kalau
hanya menggunakan 2 metode tadi tidak akan berhasil proses belajar mengajarnya.
Menurut Staton, 1978 (Mulyani Sumantri dkk 1999 :91) menjelaskan bahwa
metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dan amat bersahaja.
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang pertama kali digunakan oleh
manusia sebagaimana yang dilakukan oleh manusia goa yaitu pada saat mereka
menambahkan kayu untuk memperbesarkan ungun api, sementara anak-anak mereka
memperhatikan dan menirukan.
Sedangakan menurut Cardille, 1996 (Dalam Mulyani Sumantri
dkk 1999 :154) menggemukakan bahwa pengertian metode demonstrasi adalah satu
penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan
/ prosedur yang digunakan. Metode ini disertakan dengan penjelasan, ilustrasi
dan pernyataan secara lisan ( oral ) atau peragaan (visual ) secara tepat.
Menurut Canein, 1986 ( Dalam Mulyani Sumantri dkk 1999 :91 ) dari batasan ini
nampak bahwa metode ini ditandai adanya kesenjangan untuk mempertunjukan
tindakan atau penggunaan prosedur yang disertai penjelasan ilustrasi atau
pernyataan secara lisan atau visual.
Menurut Winarno, 1980 (Dalam
Mulyani Sumantri dkk 1999 : 87) mengemukakan bahwa metode
demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa
memperhatikan suatu proses kepada seluruh kelas. Winarno memberikan batasan
untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus dilakukan oleh guru
sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu proses.
Dengan memperhatikan batasan metode demonstrasi seperti dikemukakan oleh
Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahawa metode demonstrasi
merupakan interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukan
atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau
orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa dalam aktivitas pembelajaran dikelas, sehingga muncul
respon, perhatian, keaktifan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran.
Dengan
batasan metode demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada peneliti untuk
merencanakan penerapannya, memperjelas demonstrasikan secara oral ataupun
visual dan menyediakan alat yang diperlukan.
Metode demonstrasi barang kali lebih sesuai untuk mengajarkan ketrampilan
tangan dimana gerakan jasmani dan gerakan-gerakan dalam memegang hal-hal yang
bersifat rutin. Staton, 1978 (Mulyani Sumantri dkk 1999 :91) dengan kata lain
metode demonstrasi bertujuan untuk mengajarkan ketrampilan intelektual.
Cardille
mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat digunakan untuk:
1.
Mengajar
siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau menggunakan suatu
prosedur atau produk baru.
2.
Meningkatkan
kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi siswa melakukannya.
3.
Meningkatkan
perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur. Canein 1986( dalam Mulyani Sumantri dkk 1999 :38 )
Sedangkan Winarno mengemukakan bahwa tujuan penerapan
metode demonstrasi adalah :
1.
Mengajarkan
suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses pembuatan, proses kerja,
proses mengerjakan dan menggunakan.
2.
Menginformasikan
tentang bahan yang diperlukan untuk membuat produk tertentu.
3.
Mengetengahkan
cara kerja. Winarno, 1980(Mulyani Sumantri dkk 1999:88)
Dari berbagai penerapan metode demonstrasi yang dikemukakan oleh Staton
Cardille dan Winarno, dapat diidentifikasi tujuan penerapan metode demonstrasi
yang mencakup:
1.
Mengajar
siswa tentang suatu tindakan, proses, atau prosedur ketrampilan-ketrampilan
fisik / motorik.
2.
Mengembangkan
kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para siswa secara
bersama-sama.
3.
Mengkonkrikan
impomasi yang disajikan kepada para siswa.
Dengan memperhatiakan
atau memperagakan suatu tindakan proses atau prosedur, maka metode demonstrasi
memiliki keunggulan sebagai berikut:
1.
Memperkecil kemungkinan salah bila
dibandingkan kalo siswa hanya membaca atau mendengar penjelasan saja. Karena demonstrasi memberikan gambaran konkrit yang
memperjelas perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya.
2.
Memungkinkan
para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi, sehingga
memberikan kemungkinan yang benar bagi para siswa memperoleh
pengalaman-pengalaman langsung. Peluang kecakapannya dan memperoleh pengakuan
dan penghargaan dari teman-temannya.keterlibatan siswa memberikan kesempatan
siswa mengembangkan
3.
Memudahkan
pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting. Sehingga para
siswa akan benar-benar memberikan perhatian khusus kepada hal tersebut. Dengan
kata lain perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan
tidak tertuju kepada yang lain.
Selain keunggulan atau kelebihan, metode demonstrasi memiliki
kekurangan-kekurangan sebagai berikut:
1)
Metode
demonstrasi memerlukan persiapan yang teliti dan penerapannya memerlukan waktu
yang lama.
2)
Demonstrasi
menuntut peralatan yang ukurannya memungkinkan pengamatan secara tepat oleh
siswa saat digunakan.
3) Demonstrasi mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan
berupa peniruan oleh para siswa terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.
4)
Persiapan
yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu tindakan proses atau
prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Cardille
mengutarakan bahwa suatu demonstrasi yang baik akan mencakup:
1. Suatu
penjelasan (explanatioan).
2. Jalinan
pertanyaan-pertanyaan.
3. Lembar-lembar
instruksi.
4. Instruksi
keamanan.
5.
Periode
diskusi atau Tanya jawab.
Hal-hal yang disebut oleh Cardille diatas perlu diperhatikan oleh guru yang
akan memakai metode demonstrasi.
Langkah-langkah
yang dapat ditempuh:
1. Persiapan
memakai metode demonstrasi, meliputi:
a.
Menkaji
kesesuian metode terhadap tujuan yang akan dicapai.
b.
Analisis
kebutuhan peralatan untuk demonstrasi.
c.
Mencoba
peralatan dan analisis kebutuhan waktu.
d.
Merancang
garis-garis besar demonstrasi.
2.
Pelaksanaan
pemakaian metode demonstrasi, meliputi:
a.
Mempersiapakan
peralatan dan bahan yang diperlukan untuk demonstrasi.
b.
Memberi
pengantar demonstrasi untuk mempersiapakan para siswa mengikuti demonstrasi,
berisikan penjelasan tentang prosedur dan instruksi keamanan demonstrasi.
c.
Memragakan tindakan, proses atau
prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi dan pertanyaan.
3.
Tindakan
lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi:
a.
Diskusi
tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja yang didemonstrasikan.
b.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala hal yang telah didemonstrasikan.
Untuk memperlancar proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi memerlukan perangkat penujang. Perangkat penunjang
tersebut dapat berupa buku paket, RPP, LKS, dan media.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada
siswa kelas V SDN NO ..dengan
menggunakan metode demonstrasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang
berjumlah … orang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Data yang diperoleh dikumpulkan dengan menggunakan teknik
pengumpilan data yang terdiri dari, dokumentasi, observasi dan wawancara.
Sedangkan analisis datanya menggunakan statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan prestasi belajar
siswa kelas V SDN N0 ….melalui penggunaan metode demonstrasi. Peningkatan
prestasi belajar IPA tersebut dapat dilihat dari peningkatan presentase rerata
yaitu prasiklus 63,62, sedangkan siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 67,24,
dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 68,79. Dan hasil ketuntasan dari
prasiklus sebesar 48,28% (14 siswa yang tuntas) siswa yang tuntas, sedangkan
yang tidak tuntas sebesar 51,71%(15 siswa). Sedangkan sisklus 1 mengalami
peningkatan 65,50% (17 siswa tuntas) dan yang tidak tuntas sebesar 34,50% (10
siswa tidak tuntas). Sedangkan siklus II mengalami peningkatan 93,10% (27 siswa
yang tuntas) dan yang tidak tuntas sebesar 6,90% (2 siswa yang tidak tuntas).