Senin, 14 Mei 2012

Artikel Skripsi


ARTIKEL SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI
METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH
 DASAR NEGERI NO ………………….

Oleh
…………
NIM. C860920213
Banyak kalangan pelajar menganggap bahwa belajar adalah aktivitas belajar yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir selalu dirasakan pelajar sebagai beban dari pada upaya aktif untuk memperdalam ilmu. Banyak diantara siswa yang menganggap, mengikuti pelajaran tidak lebih sekedar rutinitas untuk mengisi daftar absensi, mencari  nilai, melawati jalan yang harus ditempuh tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan ataupun mengansah keterampilan.
Menurut Gaiarah belajar siswa selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis, juga berakar pada paradigma konvensional yang selalu menggunakan metode pengarahan klasikal dan ceramah. Metode ceramah sebagai cara yang “ampuh” dalam menyampaikan Informasi kepada para siswa sangat umum dan sangat sering dipakai guru tanpa melihat kemungkinan penerapan metode lain sesuai dengan jenis materi dan bahan serta alat yang tersedia.
Peristiwa yang menonjol ialah siswa kurang berpartisipasi, kurang terlibat dan tidak punya inisiatif, baik secara intelektual maupun emosional. Dalam proses belajar mengajar (PBM), kebanyakan siswa masih melaksanakan aktivitas 3DCH yaitu duduk, diam , dengar, catat dan hapal (Mohd. Ansyar dkk, 1992: 20). Sehingga apabila mereka diminta untuk mengunakan pengetahuan yang mereka peroleh dari kegiatan belajar tersebut. Mereka akan mengalami kesuliatan termasuk siswa yang memperoleh nilai tinggi. Hal ini dikarenakan siswa berperan  sebagai penerima pengetahuan saja dan guru sebagai pemberi, siswa tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif. Akibatnya, para siswa memiliki banyak penggetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan, pengetahuan konsep dan mengembangkan penegtahuan tersebut.
Akitivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif, sebab murid sebagai subyek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Guru sekarang secara sadar atau tidak, menerapakan sifat otoritas, menghindarkan pertanyaan dari siswa, menyampaikan ilmu pengetahuan secara searah, menganggap murid sebagai penerima, pencatat, dan pengigat. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang peserta didik yang menjadi saran tugasnya. Pemahaman ini mencakup kesiapan, ketidakmampuan, dan latar belakang peserta didik yang semua itu akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dengan meningkatkan keaktifan pada siswa dalam KBM, maka apa yang diharapkan oleh guru maupun sekolah akan mudah tercapai. Siswa bukan lagi “ botol kosong” yang siap diisi oleh guru, juga bukan sebagai “celengan” yang siap diisi oleh guru.tanpa melibatkan siswa secara utuh dalam kegiatan belajar mengajar, maka guru secara tidak langsung membuat kesenjangan dengan siswa, guru menguasai siswa dan guru menganggap bodoh muridnya karena menganggap mereka tidak memiliki pengetahuan apapun. Disini guru mengembangkan sistem omong yang menempatkan siswa sebagai subjek dengan menberikan kebebasan untuk memberikan, guru bersifat” Tut Wuri Handayani”( depdikbud, 1999:146, majalah COPE, 2000:3). Jika kondisi demikian yang diciptakan maka aktivitas belajar siswa sebagaimana diharapakan diyakini akan terwujud dan memberi kontribusi positif pada hasil belajar siswa.
Menurut kurikulum pelaksanaan KBM, guru hendaknya menerapkan perinsif belajar aktif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan), dan sosial serta sesuai dengan tingkat perkembangnya. Sesuai dengan pemikiran dan kenyataan diatas, kurangnya kualitas pembelajaran IPA, maka perlu adanya pemecahan masalah tersebut dalam KBM dengan melalui metode demonstrasi adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan dan juga memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rongsokan ilmu pengetahuan dan dapat lebih mengerti fakta dan kosep ilmu penegetahuan. Dengan demikian, ketrampilan-ketrampilan itu menjadi roda pengerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai pada siswa. Sehingga tujuan pembelajaran dapat bermakna dan dapat tercapai secara optimal sesuai dengan kurikulum.
Dari hasil observasi yang dilakukan di SDN, NO ………. menurut pendapat guru kelas V bahwa dalam menerapkan metode pembelajaran guru merasa kesulitan, selain itu penyediaan media kurang memadai. Metode yang mereka gunakan selama ini dalam menjelaskan materi IPA hanya metode ceramah. Cara penyampaian materi dengan metode yang  ini menyebabkan siswa tidak termotivasi dan merasa bosan, sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Dan data yang diperoleh nilai rata-rata mata pelajaran IPA tahun 2011- 2012 SDN NO …pada kelas V yaitu 63,7, ini menunjukan bahwa prestasi belajar siswa kelas V SDN NO …masih dibawah rata-rata, sementara kriteria ketuntasan minimal (KKM) kelas V adalah 65.00.
Menurut keterangan siswa saat ditanya apakah senang IPA atau Matematika, sebagian besar siswa menjawab lebih senang Matematika dari pada IPA. Menurut mereka IPA sangat luas dan susah apalagi cara penyampaian guru yang tidak manyenangkan hal ini menimbulkan kebosanan siswa dalam menerima materi yang diajarkan. Dari beberapa penjelasan di atas tentang keberadaan pembelajaran IPA  maka peneliti mencoba menerapkan sebuah metode yang dikenal dengan nama metode demonstrasi.
Pada pembelajaran IPA pada dasarnya harus banyak pratik atau banyak ketrampilannya, yaitu mengadakan percobaan-percobaan baik biologi maupun fisika. Sehingga dalam hal ini guru kemudian menerapkan metode yang lain yaitu metode ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi. Karena pada pembelajaran IPA kalau hanya menggunakan 2 metode tadi tidak akan berhasil proses belajar mengajarnya.
Menurut Staton, 1978 (Mulyani Sumantri dkk 1999 :91) menjelaskan bahwa metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dan amat bersahaja. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang pertama kali digunakan oleh manusia sebagaimana yang dilakukan oleh manusia goa yaitu pada saat mereka menambahkan kayu untuk memperbesarkan ungun api, sementara anak-anak mereka memperhatikan dan menirukan.
Sedangakan menurut Cardille, 1996 (Dalam Mulyani Sumantri dkk 1999 :154) menggemukakan bahwa pengertian metode demonstrasi adalah satu penyajian yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan / prosedur yang digunakan. Metode ini disertakan dengan penjelasan, ilustrasi dan pernyataan secara lisan ( oral ) atau peragaan (visual ) secara tepat. Menurut Canein, 1986 ( Dalam Mulyani Sumantri dkk 1999 :91 ) dari batasan ini nampak bahwa metode ini ditandai adanya kesenjangan untuk mempertunjukan tindakan atau penggunaan prosedur yang disertai penjelasan ilustrasi atau pernyataan secara lisan atau visual.
Menurut Winarno, 1980 (Dalam Mulyani Sumantri dkk 1999 : 87) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperhatikan suatu proses kepada seluruh kelas. Winarno memberikan batasan untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu proses.
Dengan memperhatikan batasan metode demonstrasi seperti dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahawa metode demonstrasi merupakan interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa dalam aktivitas pembelajaran dikelas, sehingga muncul respon, perhatian, keaktifan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa dalam kaitannya dengan proses pembelajaran.
 Dengan batasan metode demonstrasi ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada peneliti untuk merencanakan penerapannya, memperjelas demonstrasikan secara oral ataupun visual dan menyediakan alat yang diperlukan.
Metode demonstrasi barang kali lebih sesuai untuk mengajarkan ketrampilan tangan dimana gerakan jasmani dan gerakan-gerakan dalam memegang hal-hal yang bersifat rutin. Staton, 1978 (Mulyani Sumantri dkk 1999 :91) dengan kata lain metode demonstrasi bertujuan untuk mengajarkan ketrampilan intelektual.
Cardille mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat digunakan untuk:
1.    Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau menggunakan suatu prosedur atau produk baru.
2.    Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi siswa melakukannya.
3.    Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur. Canein 1986( dalam Mulyani Sumantri dkk 1999 :38 )
            Sedangkan Winarno mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode demonstrasi adalah :
1.    Mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses pembuatan, proses kerja, proses mengerjakan dan menggunakan.
2.    Menginformasikan tentang bahan yang diperlukan untuk membuat produk tertentu.
3.    Mengetengahkan cara kerja. Winarno, 1980(Mulyani Sumantri dkk 1999:88)
Dari berbagai penerapan metode demonstrasi yang dikemukakan oleh Staton Cardille dan Winarno, dapat diidentifikasi tujuan penerapan metode demonstrasi yang mencakup:
1.    Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses, atau prosedur ketrampilan-ketrampilan fisik / motorik.
2.    Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para siswa secara bersama-sama.
3.    Mengkonkrikan impomasi yang disajikan kepada para siswa.
Dengan memperhatiakan atau memperagakan suatu tindakan proses atau prosedur, maka metode demonstrasi memiliki keunggulan sebagai berikut:
1.    Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalo siswa hanya membaca atau mendengar penjelasan saja. Karena demonstrasi memberikan gambaran konkrit yang memperjelas perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya. 
2.    Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi, sehingga memberikan kemungkinan yang benar bagi para siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung. Peluang kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-temannya.keterlibatan siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan
3.    Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting. Sehingga para siswa akan benar-benar memberikan perhatian khusus kepada hal tersebut. Dengan kata lain perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada yang lain.
Selain keunggulan atau kelebihan, metode demonstrasi memiliki kekurangan-kekurangan sebagai berikut:
1)   Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang teliti dan penerapannya memerlukan waktu yang lama.
2)   Demonstrasi menuntut peralatan yang ukurannya memungkinkan pengamatan secara tepat oleh siswa saat digunakan.
3)   Demonstrasi mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa peniruan oleh para siswa terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.
4)   Persiapan yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu tindakan proses atau prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
  Cardille mengutarakan bahwa suatu demonstrasi yang baik akan mencakup:
1.    Suatu penjelasan (explanatioan).
2.    Jalinan pertanyaan-pertanyaan.
3.    Lembar-lembar instruksi.
4.    Instruksi keamanan.
5.    Periode diskusi atau Tanya jawab.
Hal-hal yang disebut oleh Cardille diatas perlu diperhatikan oleh guru yang akan memakai metode demonstrasi.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh:
1.    Persiapan memakai metode demonstrasi, meliputi:
a.    Menkaji kesesuian metode terhadap tujuan yang akan dicapai.
b.    Analisis kebutuhan peralatan untuk demonstrasi.
c.    Mencoba peralatan dan analisis kebutuhan waktu.
d.   Merancang garis-garis besar demonstrasi.
2.    Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi:
a.    Mempersiapakan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk demonstrasi.
b.    Memberi pengantar demonstrasi untuk mempersiapakan para siswa mengikuti demonstrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan instruksi keamanan demonstrasi.
c.    Memragakan tindakan, proses atau prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi dan pertanyaan.
3.    Tindakan lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi:
a.    Diskusi tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja yang didemonstrasikan.
b.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala hal yang telah didemonstrasikan.
Untuk memperlancar proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi memerlukan perangkat penujang. Perangkat penunjang tersebut dapat berupa buku paket, RPP, LKS, dan media.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa  kelas V SDN NO ..dengan menggunakan metode demonstrasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah … orang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data yang diperoleh dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpilan data yang terdiri dari, dokumentasi, observasi dan wawancara. Sedangkan analisis datanya menggunakan statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN N0 ….melalui penggunaan metode demonstrasi. Peningkatan prestasi belajar IPA tersebut dapat dilihat dari peningkatan presentase rerata yaitu prasiklus 63,62, sedangkan siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 67,24, dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 68,79. Dan hasil ketuntasan dari prasiklus sebesar 48,28% (14 siswa yang tuntas) siswa yang tuntas, sedangkan yang tidak tuntas sebesar 51,71%(15 siswa). Sedangkan sisklus 1 mengalami peningkatan 65,50% (17 siswa tuntas) dan yang tidak tuntas sebesar 34,50% (10 siswa tidak tuntas). Sedangkan siklus II mengalami peningkatan 93,10% (27 siswa yang tuntas) dan yang tidak tuntas sebesar 6,90% (2 siswa yang tidak tuntas).