Minggu, 21 November 2010

Si Buta Dan Si Bungkung

Si Buta Dan Si Bungkung
Di suatu kampung tinggallah dua orang pemuda sebaya. Mereka bersahabat akrab sekali. Kemana pun mereka pergi selalu bersama. Boleh dikata tidak pernah terjadi pertengkaran di antara mereka. Jika yang seorang sedang marah, yang seorang lagi berdiam diri atau membujuk sehingga kemarahannya reda. Begitu juga jika ada kesulitan, selalu mereka atasi bersama.
Pada dasarnya, mereka memang saling membutuhkan karena keadaan tubuh mereka mengharuskan demikian. Pemuda yang satu bertubuh kekar, tetapi buta matanya; pemuda yang lain dapat melihat, tetapi bungkuk tubuhnya. Oleh karena itu, orang menyebut mereka si Buta dan si Bungkuk.
Si Buta sangat baik hatinya. Tidak sedikit pun is curiga kepada temannya, si Bungkuk. Ia percaya penuh kepada temannya itu, walaupun si Bungkuk sering menipu dirinya. Kejadian itu selalu berulang setiap mereka menghadiri selamatan. Si Buta selalu duduk berdampingan dengan si Bungkuk. Pada saat makan, si Buta selalu mengeluh.
“Pemilik rumah ini kikir sekali!” bisiknya kepada si Bungkuk agar jangan didengar orang lain. “Tak ada secuil pun ikan, kecuali sayur labu.”
Si Bungkuk hanya tersenyum karena keluhan temannya itu akibat ulahnya. Secara diam-diam ia memotong daging ayam yang cukup besar di piring si Buta dan ditukar dengan sayur labu. Akibatnya, piring gulai si Buta hanya berisi sayur labu.
Si Bungkuk merasa bahagia bersahabat dengan si Buta. Setiap ada kesempatan, ia dapat memanfaatkan kebutaan mata temannya untuk kepentingan sendiri. Si Buta yang tidak mengetahui kelicikan si Bungkuk juga merasa senang bersahabat dengan temannya itu. Setiap saat si Bungkuk dapat menjadi matanya.
Pada suatu hari, si Bungkuk mengajak si Buta pergi berburu rusa. Tidak jauh dari kampung mereka ada hutan lebat. Bermacam-macam margasatwa hidup di sana seperti burung, siamang, binatang melata, dan rusa.
Konon, pada waktu itu belum ada pemburu menggunakan senapan untuk membunuh hewan buruan. Penduduk yang ingin mendapatkan rusa atau binatang lain biasanya menggunakan jerat yang diseebut jipah (faring). Kadang mereka berburu menggunakan anjing pelacak dan tombak. Cara ini akan dipakai si Bungkuk dan si Buta untuk berburu.
“Kalau kita dapat membunuh seekor rusa, hasilnya kita bagi dua sama rata,” ujar si Bungkuk.
Tentu saja si Buta sangat gembira mendengar hal itu. itua segera menuntun anjing pelacak yang tajam India penciumannya, sedangkan si Bungkuk siap dengan tombak di tangan kanannya. Mereka berdua mengikuti arah yang ditunjukkan anjing pelacak itu.
Rupanya hari itu mereka bernasib balk. Seekor rusa jantan yang cukup besar berhasil mereka tombak. Tanduknya bercabang-cabang indah dan layak dijadikan hiasan dinding.
Si Bungkuk segera membagi rusa hasil buruan itu menjadi dua bagian. Akan tetapi, dengan segala kelicikannya, si Buta hanya mendapat tulang-tulang. Daging dan lemak rusa diambil si Bungkuk.
“Karena daging rusa sudah dibagi, kita masak sendiri sesuai selera kita,” kata si Bungkuk.
Si Buta menurut saja karena pikirnya memang demikian seharusnya. Padahal dengan cara itu, si Bungkuk bermaksud agar daging yang dimilikinya jangan secuil pun dimakan si Buta.
Walaupun si Buta tidak dapat melihat, kemampuannya memasak gulai tidak diragukan sedikit pun. Terbit air liur si Bungkuk mencium bau masakan si Buta. Si Bungkuk tidak pandai memasak.
Si Buta Dan Si BungkungAkhirnya, si Bungkuk dan si Buta menghadapi masakan rusa yang telah mereka masak dan siap menyantapnya.
“Sedaap!” kata si Bungkuk sambil memasukkan potongan daging yang besar ke dalam mulutnya.
“Nikmat!” kata si Buta sambil mengambil sepotong tulang yang besar dari piring dan menggigitnya. Si Buta bersungut-sungut karena yang digigit, ternyata tulang semua.
“Sayang,” katanya, “rusa begitu besar, tetapi tak punya daging! Besok kita berburu lagi, tetapi rusa itu harus gemuk dan banyak dagingnya.”
Si Bungkuk tersenyum mendengar perkataan si Buta. Si Buta merasa sayang jika tulang-tulang rusa yang telah dimasaknya dengan susah payah tidak dimakan. Oleh karena itu, is mencoba menggigit tulang itu lagi. Akan tetapi, tulang itu sangat keras sehingga tetap tidak tergigit.
Hal itu membuat si Buta semakin penasaran. la mengerahkan segenap tenaga dan menggigit tulang itu sekuat-kuatnya hingga bola matanya hendak keluar dari lubang mata.
Tuhan sudah menakdirkan rupanya. Keajaiban pun terjadi. Mata si Buta tidak buta lagi.
“Aku bisa melihat!” teriaknya kegirangan. Si Buta menatap sekelilingnya. Ketika is melihat tulang-tulang rusa di piringnya dan di piring si Bungkuk daging yang empuk, bukan main marahnya.
“Sekarang, terbukalah topeng kebusukanmu selama ini!” katanya.
Si Buta memungut tulang rusa paling besar, lalu si Bungkuk dipukul dengan tulang itu. Jeritan si Bungkuk meminta ampun tidak dihiraukannya sama sekali. Seluruh tubuh si Bungkuk babak belur. Seperti si Buta, keanehan pun terjadi pada si Bungkuk. Ketika la bangkit, ternyata punggungnya menjadi lurus seperti orang sehat. “Aku tidak bungkuk lagi! Aku tidak bungkuk lagi!” teriak si Bungkuk.
Mereka berdua menari sambil berpeluk-pelukan dan bermaaf-maafan. Persahabatan mereka pun semakin akrab

Sabtu, 13 November 2010

DESAIN PEMBELAJARAN BI 5 MATA PELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SD 
Mata Pelajaran : PKn, IPS, IPA, Matematika, Bahasa Indonesia
Tema : Lingkungan
Kelas/Semester : II/1
Waktu : 1 hari 
Hari, tanggal Pelaksanan : ………………, ………………………………


A. STANDAR KOMPETENSI
PKn
1. Menampilkan sikap cinta lingkungan
IPS
1. Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis.
IPA 
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan 
1. Mengenal bagian–bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, pertumbuhan hewan dan tumbuhan serta berbagai tempat hidup makhluk hidup.
Matematika 
Bilangan 
1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500
Bahasa Indonesia 
Berbicara 
1. Mengungkapkan pikiran, persaan, dan pengalaman secara lisan melalui kegiatan bertanya, bercerita dan deklamasi.
Membaca 
2. Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak.

B. KOMPETENSI DASAR
PKn
• Mengenal pentingnya lingkungan alam seperti dunia hewan dan tumbuhan

IPS 
• Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis.
IPA 
• Mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup (air, tanah, dan tempat lainnya) 
Matematika 
• Menggunakan alat ukur berat 
Bahasa Indonesia
Berbicara 
• Menceritakan kegiatan sehari-hari dengan bahasa yang mudah dipahami 
Membaca 
• Menyimpulkan isi teks pendek (10-15 kalimat) yang dibaca dengan membaca lancar.

C. INDIKATOR
PKn
• Menceritakan keadaan alam lingkungan tumbuhan dan hewan di sekitar
• Menyebutkan manfaat lingkungan tumbuhan dan hewan 
IPS 
• Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga secara urut melalui dokumen (foto bertamasya atau ke kebun binatang)
IPA 
• Mengidentifikasi tempat hidup hewan 
• Membedakan tempat hidup dan makanan hewan berdasarkan ciri-cirinya 
Matematika
• Menentukan benda yang lebih berat, lebih ringan, atau sama berat dengan benda lain. 
Bahasa Indonesia
• Bercerita tentang pengalaman.
• Menceritakan gambar 

D. TUJUAN PEMBELAJARAN 
 Dengan mengamati dokumen penting keluarga (foto bertamasya atau ke kebun binatang), siswa dapat menceritakan peristiwa penting dalam keluarganya secara urut melalui dokumen (foto bertamasya atau ke kebun binatang).
§
 Dengan melakukan pengamatan dan diskusi kelompok tentang berbagai tempat hidup hewan, siswa dapat mengidentifikasi berbagai tempat hidup hewan dengan tepat.
§
 Melalui kegiatan pengamatan dan diskusi tentang tempat hidup dan makanan hewan berdasarkan ciri-cirinya, siswa dapat membedakan tempat hidup dan makanan hewan berdasarkan ciri-cirinya dangan benar.
§ 
 Dengan ditunjukkan gambar seri secara acak tentang keadaan lingkungan tumbuhan dan hewan, siswa dapat menyusun cerita tentang keadaan lingkungan tumbuhan dan hewan berdasarkan urutan gambar seri yang benar.
§ 
 Melalui penjelasan, gambar dan tanya jawab tentang manfaat menjaga lingkungan tumbuhan dan hewan, siswa dapat menyebutkan minimal 3 manfaat menjaga lingkungan tumbuhan dan hewan dengan tepat.
§ 
 Dengan melakukan percobaan membandingkan berat suatu benda seperti pensil, buku, penghapus dll., siswa dapat menentukan benda yang lebih berat, lebih ringan, atau sama berat dengan benda lain secara benar.
§ 

E. MATERI PEMBELAJARAN 







PKn 
Keadaan lingkungan hewan dan tumbuhan (terlampir)






IPS 
Dokumen penting keluarga seperti foto, rapor, ijazah, KTP, SIM, dll.. (selengkapnya terlampir)
Bercerita tentang peristiwa penting dalam keluarga secara urut melalui dokumen (foto bertamasya atau berkebun)

IPA 
Tempat hidup dan makanan hewan berdasarkan ciri-cirinya misalnya: kuda hidup didarat, ikan hidup di air, katak hidup di darat dan di air.







Matematika (selengkapnya terlampir)
Membandingkan berat suatu benda dengan benda yang lain.
Contoh :
a. pensil dibandingkan pensil sama berat (=)
b. Pensil dibandingkan buku tulis lebih ringan (<) c. Buku cetak disbanding buku cetak (>)

Bahasa Indonesia
Berbicara.
Bercerita tentang pengalaman menyenangkan yang pernah dialami 

Membaca 
Menceritakan gambar berdasarkan gambar seri.

F. METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN 
1. Metode Pembelajaran
a. Diskusi 
b. Tanya jawab 
c. Percobaan 
d. Pengamatan 
2. Media Pembelajaran
a. Dokumen keluarga (foto bertamasya atau ke kebun binatang)
b. Gambar seri keadaan lingkungan tumbuhan dan hewan 
c. Buku, pensil, penghapus, penggaris, dll.
d. Lingkungan di sekitar lingkungan sekolah
e. Teks lagu “Delman”, dan “Anak Katak” 

G. LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal (± 10 menit)
a. Salam pembuka: “Selamat pagi anak-anak?”
b. Berdoa : “Untuk mengawali kegiatan pada pagi hari ini marilah kita berdoa terlebih dahulu agar kegiatan kita berjalan lancar” 
c. Mengabsen siswa : “Apakah hari ini ada yang tidak masuk?”
d. Apersepsi : “Siapa yang di rumah beternak hewan berkaki dua? Adakah jenis hewan yang lain?”
Mari kita menyanyikan lagu yang berjudul “Delman”
DELMAN
Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota 
Naik delman istimewa ku duduk di muka
Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja 
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk 2 X
Suara sepatu kuda 

e. Acuan : Anak-anak hari ini kita akan belajar tentang lingkungan sekitar kita diantaranya tentang tumbuhan dan hewan. Nanti kalian bercerita, berdiskusi, kemudian mengamati lingkungan yang ada di sekitar sekolah. Dengan mempelajari ini kita dapat mengetahui tempat hidup hewan, tumbuhan, manfaat lingkungan, dsb..

2. Kegiatan Inti (± 125 menit)
a. Eksplorasi 
1. Siswa mengamati dokumen keluarga (foto bertamasya atau ke kebun binatang) yang ia bawa.
2. Siswa bersama guru menyanyikan lagu “Anak Katak” 

Anak Katak
Anak katak-anak katak senang ku melihatnya 
Tak bertelinga –tak bertelinga ekor pun tiada 
Di atas rumput di bawah sudut 
Melompat berturut-turut 
Menangkap nyamuk, menangkap lalat 
Itulah makanan lezat 
Theot teblung – theot teblung 
Theot theot teblung

Siswa membentuk kelompok diskusi, kemudian melakukan diskusi dan pengamatan tempat hidup dan makanan hewan berdasarkan cirinya di sekitar lingkungan sekolah.
3. Siswa memperhatikan gambar seri acak yang ditunjukkan guru tentang keadaan lingkungan tumbuhan dan hewan.
4. Siswa bersama guru mengamati gambar tentang keadaan lingkungan yang dijaga dan yang tidak dijaga.
5. Siswa melakukan percobaan di dalam kelas tentang perbandingan berat suatu benda seperti pensil, buku, penghapus dll. (benda yang ada di dalam kelas). 
b. Elaborasi 
1. Siswa bercerita secara runtut tentang pengalamannya sesuai dengan dokumen yang dibawa
2. Siswa berdiskusi mengidentifikasi tempat hidup hewan.
Siswa berdiskusi tentang perbedaan tempat hidup dan makanan hewan berdasarkan ciri-cirinya.
3. Siswa mengurutkan gambar seri menjadi sebuah rangkaian cerita, kemudian membuat cerita berdasarkan gambar seri tersebut.
4. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan bertanya jawab tentang manfaat menjaga lingkungan.
5. Siswa menyusun laporan hasil percobaan tentang perbandingan berat benda.
c. Konfirmasi 
1. Siswa bersama guru menyimpulkan manfaat dokumen keluarga.
2. Siswa menyampaikan hasil diskusi dan menyimpulkan tempat hidup dan makanan hewan berdasarkan cirri-cirinya bersama guru.
3. Siswa menyampaikan cerita secara runtut berdasarkan gambar seri.
4. Siswa menyimpulkan tentang lingkungan yang dijaga dan tidak terjaga.
5. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil percobaan yang dilakukan.
3. Kegiatan Akhir (± 15 menit)
a. Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang belum jelas.
b. Siswa bersama guru menyimpulkan materi 
c. Siswa mencatat hal-hal penting dari materi pelajaran
d. Siswa melaksanakan evaluasi dan analisis penilaian berdasarkan KKM.
e. Siswa bersama guru mengakhiri pelajaran 

H. SUMBER PEMBELAJARAN 
BKG for Education. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD Kelas II. Jakarta: Erlangga. 

Dyah Sriwilujeng, dkk.. 2006. Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik Buku Kerja Bahasa Indonesia untuk SD Kelas II Semester 1. Jilid 2A. Jakarta: Esis. 

Dyah Sriwilujeng, dkk.. 2006. Pembelajaran Terpadu dengan Pendekatan Tematik Buku Kerja Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD Kelas II Semester 1. Jilid 2A. Jakarta: Esis. 

Haryanto. 2004. Sains untuk SD Kelas II. Jakarta: Erlangga.

Tim Bina Karya Guru. 2007. IPS Terpadu untuk SD Kelas II. Jakarta: Erlangga. 

Tim Bina Karya Guru. 2007. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas II. Jakarta: Erlangga. 



I. PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT 
1. Penilaian: 
a. Penilaian Proses/Unjuk Kerja/Penampilan:
 Penilain proses diskusi
v
No Nama Siswa Aspek yang dinilai Skor akhir Keterangan
Keaktifan Kerjasama Sikap 





 Penilaian proses pengamatan
v
No Nama Siswa Aspek yang dinilai Skor akhir Keterangan
Keaktifan Ketelitian Sikap 





 Penilaian proses percobaan
v 
No Nama Siswa Aspek yang dinilai Skor akhir Keterangan
Ketelitian Ketepatan Keaktifan 





b. Penilaian Hasil/Produk:
• Prosedur penilaian : penilaian proses dan hasil
• Jenis tes : lisan, performance, dan tulis
• Bentuk tes : subjektif

Daftar Skor Hasil:
No Nama Siswa Skor Akhir Keterangan







2. Tindak Lanjut:
a. Kegiatan remidi dilaksanakan apabila nilai siswa kurang dari KKM = 75
b. Kegiatan pengayaan dilaksanakan apabila nilai siswa lebih dari KKM = 75
c. Analisis hasil dilaksanakan pada akhir pembelajaran atau setelah pembelajaran selesai.

TAHAPAN dan LANGKAH PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN TERPADU

TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN TERPADU
Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Dalam merancang pembelajaran terpadu di Sekolah Dasar terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan yaitu :

1       4
Pilih dan tetapkan tema
pemersatu
Tetapkan pelajaran yang akan dipadukan
5
Buatlah pemetaan keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema pemersatu
5
2
Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dalam setiap mata pelajaran
6
6
Susun silabus pembelajaran dengan mengaitkan topik dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran
6
3
Pelajari hasil belajar dan indikator hasil belajar dalam setiap mata pelajaran
7
Susun satuan pembelajaran terpadu
1.    Penetapan Mata Pelajaran
Langkah ini sebaiknya dilakukan setelah membuat peta kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar dengan maksud terjadi pemerataan keterpaduan.
2.    Penetapan Kompetensi Dasar
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kompetensi dasar pada jenjang kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu dengan menggunakan sebuah tema pemersatu.
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Bahasa
Indonesia     Matematika     Pengetahuan
Alam     Kerajinan Tangan dan Kesenian
Mendeskripsikan binatang disekitar (secara lisan)
Memahami konsep urutan bilangan cacah    Mendeskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewah disekitar rumah dan sekolah    Menanggapi berbagai unsur rupa: titik. garis, biang, warna dan bentuk
3.    Penetapan Hasil Belajar dan Indikatir
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari dan menetapkan hasil belajar dari setiap mata pelajaran sehingga dapat diketahui materi pokok yang bisa dibahas secara terpadu.
Hasil Belajar
Bahasa
Indonesia     Matematika     Pengetahuan
Alam     Kerajinan Tangan dan Kesenian
Mendeskripsikan binatang secara rinci sesuai dengan ciri-cirinya menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat    Membilang bilangan
Membandingkan bilangan    Mengidentipikasi bagian-bagian utama tubuh hewan dan kegunaannya    Mengkomunikasikan gagasan imajinatif hasil pengamatan benda-benda di alam sekitar
Berdasarkan kompetensi dan indikator hasil belajar, diperoleh gambaran materi yang harus disiapkan guru sebagai berikut:
Materi Pokok
Bahasa
Indonesia     Matematika     Pengetahuan
Alam     Kerajinan Tangan dan Kesenian
Gambar tentang binatang disekitar    Urutan bilangan    Bagian-bagian tubuh hewan    Berbagai objek benda alam yang memiliki unsur rupa dua dan tiga dimensi
4.    Penetapan Tema
Setelah ketiga tahap diatas dilakukan, selanjutnya ditetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada jenjang kelas dan semester yang sama. Dalam pembelajaran terpadu, peran tema ini sangat penting terutama untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif yang dapat diwujudkan antara lain dalam berbagai hal sebagai beriku.
a.    Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema.
b.    Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan memngembangkan beberapa kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam satu tema.
c.    Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d.    Kompetensi dasar bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan antar mata pelajaran dan pengalaman pribadi siswa.
e.    Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi dalam tema yang jelas.
f.    Siswa lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata.
g.    Guru dapat menghemat waktu karena pelajaran disajikan secara terpadu.
Dalam mengembangkan tema-tema pembelajaran terpadu di Sekolah Dasar ada asfek yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1.    Tema yang dipilih mungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya.
2.    Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat dan kemampuan.
3.    Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan siswa, dari hal termudah ke yang sulit, sederhana kekompleks, dari kongkrit ke abstrak.
Beberapa contoh tema yang bisa dipertimbangkan pengembangannya di Sekolah Dasar diantaranya:
• Diri sendiri
• Keluarga
• Pengalaman
• Lingkungan
• Kebersihan    • Permainan
• Transfortasi
• Hiburan
• Olah Raga
• Binatang
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaliknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema. Anak tema tersebut selanjutnya dikembangkan lagi menjadi suatu “pembicaraan” sebagai materi pembelajarannya. Bila digambar akan tampak seperti dibawah ini:
Pengalaman
Pengalaman lucu
Pengaaman menyenangkan
Pengalaman menyedihkan
Wacana
Karangan
Dialog
Contoh pengembangan tema menjadi anak tema
Dengan demikian dalam menentukan tema sebagai landas tumpu pembelajaran terpadu, guru dapat melakukan langkah-langkah: 1). Menetapkan tema, 2). Mengembangkan tema, 3). Memilih atau menetapkan anak tema, 4). Mengembangkan anak tema menjadi materi yang akan dipakai di kelas dalam pembelajaran.
5. Pemetaan Keterhubungan Kompetensi Dasar dan Tema Pemersatu
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan atau matriks jaringan topik yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap pembelajaran.
Coba anda perhatikan contoh pemetaan keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu “BINATANG” dalam bagan dan matriks dibawah ini
MATEMATIKA
Memahami konsep urutan bilangan cacah
BAHASA INDONESIA
Mendeskripsikan binatang disekitar
Tema:
BINATANG
KERAJINAN TANGAN DAN KESENIAN
Menanggapi berbagai unsur rupa: garis, bidang, warna, bentuk.
PENGETAHUAN ALAM
Mendeskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewan disekitar rumah dan sekolah

METODE/TEHNIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:740), metode didefinisikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki. Selain itu metode juda didefinisikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai sistem perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia secara menyeluruh untuk memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan materi pelajaran Bahasa Indonesia secara teratur.
Metode bersifat prosedural. Artinya, penerapan pembelajaran Bahasa Indonesia harus dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur, bertahap yakni mulai perencanaan pembelajaran, penyajian sampai dengan penilaian dan hasil pembelajaran.
Beberapa ciri metode yang baik, yaitu:
1. mengundang rasa ingin tahu murid
2. menantang murid untuk belajar
3. mengaktifkan mental, fisik, dan psikis murid
4. memudahkan guru
5. mengembangkan kreativitas murid
6. mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap metode pembelajaran Bahasa Indonesia, antara lain sebagai berikut:
a. persamaan dan perbedaan antara sistem bahasa pertama siswa dengan bahasa kedua yang mereka pelajari
b. usia siswa pada saat mereka belajar bahasa
c. latar belakang sosial budaya siswa
d. pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa siswa dalam bahasa yang dipelajarinya yang sudah mereka punyai
e. pengetahuan dan keterampilan berbahasa guru dalam bahasa yang akan dipelajarinya
f. kedudukan dan fungsi bahasa yang dipelajari siswa dalam masyarakat tempat di mana mereka berada
g. tujuan pembelajaran yang diinginkan
h. alokasi  waktu yang tersedia untuk kegiatan pembelajaran
Metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia:
1. Metode Langsung
Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek dalam bahasa yang diajarkan. Misalnya, dalam suatu pembelajaran pelajaran bahasa Indonesia di daerah bahasa pengantar di kelas adalah bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa daerah/ bahasa ibu.
2. Metode Alamiah
Metode ini berprinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar bahasa yang sesungguhnya seperti yang dilalui anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah sangat berpengaruh pada metode ini.
3. Metode Tatabahasa
Metode ini memusatkan pada pembelajaran vokabulerr (kosakata), kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan sangat mudah dalam pelaksanaannya.
4. Metode Terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan dalam pengajaran bahasa asing, termasuk dalam pengajaran bahasa Indonesia yang umumnya merupakan bahan kedua setelah penggunaan bahasa ibu/ daerah.
5. Metode Pembatasan Bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan, kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat
diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa.
6. Metode Lingustik
Prinsip metode ini adalah pendekatan ilmiah karena yang menjadi landasan pembelajaran adalah hasil dari penelitian para linguis (ahli bahasa). Urutan penyajian bahan pembelajaran
disusun sesuai tahap-tahap kesukaran yang mungkin dialami siswa. Dengan demikian pada metode ini tidak dilarang menggunakan bahasa ibu, karena dengan bahasa ibu akan memperkuat murid dalam pemahaman bahasa tersebut.
7. Metode SAS
Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) bersumber pada ilmu jiwa yang berpandangan bahwa pengamatan dan penglihatan pertama manusia adalah global atau bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang diperkenalkan pada murid haruslah mulai ditunjukan dan diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara global.
8. Metode Bibahasa
Metode ini hampir sama dengan metode linguistik, bahasa ibu digunakan untuk menerangkan perbedaan–perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat dan tata bahasa kedua bahasa itu.
9. Metode Unit
Metode ini berdasarkan pada 4 tahap, yaitu:
a. mempersiapkan murid untuk menerima pengajaran
b. penyajian bahan
c. bimbingan malalui proses induksi
d. generalisasi dan penggunaannya di sekolah dasar

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS TINGGI

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Pendekatan adalah cara memulai sesuatu. Pendekatan dalam pembelajaran bahasa adalah seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan proses belajar bahasa.
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa antara lain:
1. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Keterampilan proses meliputi keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep.



Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang meliputi beberapa kemampuan seperti:
a. Kemampuan mengamati
b. Kemampuan menghitung
c. Kemampuan mengukur
d. Kemampuan mengklasifikasi
e. Kemampuan menemukan hubungan
f. Kemampuan membuat prediksi
g. Kemampuan melaksanakan penelitian
h. Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data
i. Kemampuan mengkomunikasikan hasil
Keterampilan proses berkaitan dengan kemampuan. Oleh karena itu penerapan keterampilan proses diletakkan dalam kompetensi dasar. Keterampilan proses juga dikenali pada instruksi yang disampaikan oleh guru kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu.
Contoh:
Kompetensi Dasar: Siswa dapat menyusun sebuah pengumuman sebagai sarana menyampaikan informasi (keterampilan proses yang tersirat dalam kompetensi dasar adalah mengkomunikasikan)
4. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran. Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan komponen:
1. Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Manfaat yang didapat dari reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan menyimak,


memperkaya kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan menumbuhkan minat baca pada siswa.
2. Jurnal Writing
Melalui menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Banyak manfaat yang diperoleh dari menulis jurnal antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan menulis
b. Meningkatkan kemampuan membaca
c. Menumbuhkan keberanian menghadap risiko
d. Memberi kesempatan untuk membuat refleksi
e. Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi
f. Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis
g. Meningkatkan kemampuan berpikir
h. Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis
i. Menjadi alat evaluasi
j. Menjadi dokumen tertulis
3. Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini adalah:
a. Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan
b. Membaca dapat dilakukan oleh siapapun
c. Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut
d. Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama
e. Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
f. Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir
4. Shared Reading
Shared Reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya.
Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini:
a. Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah)
b. Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku
c. Siswa membaca bergiliran
Maksud kegiatan ini adalah:
a. Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai model



b. Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya
c. Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang benar
5. Guided Reading
Guided reading disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing    penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama.
6. Guided Writing
Guided Writing atau menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik.
7. Independent Reading
Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas
merupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent reading, siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dam pemberi respons.
8. Independent Writing
Independent Writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, kebiasaan menulis, dan kemampuan berpikir kritis. Jenis menulis yang termasuk independent writing antara lain menulis jurnal dan menulis respons.
CIRI-CIRI KELAS WHOLE LANGUAGE
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language:
a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan.
b. Siswa belajar melalui model atau contoh
c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran
e. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen
g. Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya
PENILAIAN DALAM KELAS WHOLE LANGUAGE
Di dalam kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal selama pembbelajaran berlangsung guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan, berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Penilaian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi, alat penilaiannya seperti observasi dan catatan anecdote. Selain penilaian informal, penilaian dilakukan dengan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik.
5. Pendekatan Kontekstual
Hakikat pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan ini dilibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik.
Johnson (dalam Nurhadi, 2004:13-14) mengungkapakan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual memiliki delapan komponen utama yaitu:
a. Memiliki hubungan yang bermakna
b. Melakukan kegiatan yang signifikan
c. Belajar yang diatur sendiri
d. Bekerja sama
e. Berfikir kritis dan kreatif
f. Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik
g. Mencapai standar yang tinggi
h. Menggunakan penilaian autentik
Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Langkah-langkah penerapan kontekstual di kelas yaitu sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan bertanya (komponen konstruktivisme)
b. Melaksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan (komponen inkuiri)
c. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (kompoonen bertanya)
d. Menciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok (komponen masyarakat belajar)
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran (komponen pemodelan)
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu (komponen refleksi)
g. Melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen asesmen autentik)
6. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan
produktif maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari konteks.



Ciri-ciri pendekatan pembelajaran komunikatif:
Menurut Brumfit dan Finocchiaro ciri-ciri pendekatan komunikatif yaitu:
1. Makna merupakan hal yang terpenting
2. Percakapan harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan secara normal
3. Kontekstualisasi merupakan premis pertama
4. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi
5. Komunikasi efektif dianjurkan
6. Latihan atau drill diperbolehkan
7. Ucapan yang dapat dipahami diutamakan
8. Setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik
9. Segala upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal
10. Penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak
11. Terjemaah digunakan jika diperlukan peserta didik
12. Membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal
13. Sitem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi
14. Komunikasi komunikatif merupakan tujuan

15. Variasi linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi
16. Urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk memperkuat
minat belajar
17. Guru mendorong peserta didik agar dapat bekerja sama dengan menggunakan bahasa itu
18. Bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan mencoba
19. Kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama
20. Peserta didik diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kelompok atau
pasangan, lisan dan tulis
21. Guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya
22. Motivasi intrinsik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang dikomunikasikan